Teori- teori Perkembangan
Teori perkembangan kognitif
Teori Perkembangan Kognitif,
dikembangkan oleh Jean Piaget,
seorang psikolog
Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak
konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi
secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme,
yang berarti, tidak seperti teori nativisme
(yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi
dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget
memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:
- Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
- Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
- Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
- Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks
bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya
dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat
tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa
setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis
muncul. Pemikiran (Pra)Operasi
dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap
objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara
logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri,
seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti
tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai
merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka
masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini,
mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di
dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan
memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda
yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan.
Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa
penggunaan logika
yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan
untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya,
bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak
mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak
mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di
gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir
perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam
usia sebelas tahun (saat pubertas)
dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk
hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis,
tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan
berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap
operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
- Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
- Universal (tidak terkait budaya)
- Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
- Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
- Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
- Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi
dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori
pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga
menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema
mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan
tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi
yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti
skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema
tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak
berkaitan dengan burung kenari,
anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning,
dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta.
Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung
untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi
adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses
ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman
atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label
"burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung
si anak.
Akomodasi
adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian
skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah
ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama
sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang
burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem
kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu
tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang
individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya
agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan
karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya.
Isu dalam
perkembangan kognitif
Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan
isu perkembangan psikologi secara umum.
Tahapan perkembangan
- Perbedaan kualitatif dan kuantitatif
Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan
perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.
- Kontinuitas dan diskontinuitas
Kontroversi ini membahas apakah
pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan atau proses
terputus pada tiap tahapannya.
- Homogenitas dari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
Natur dan nurtur
Kontroversi natur dan nurtur berasal dari
perbedaan antara filsafat nativisme
dan filsafat empirisme.
Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah
dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan
kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
Stabilitas dan kelenturan
dari kecerdasan
Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan,
namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun
dibandingkan dengan usia 15 tahun.
Sudut pandang lain
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang
berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
- Teori perkembangan kognitif neurosains
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan
mengaitkan antara aktivitas otak
dan perilaku.
Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan
kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan
mengenai umat manusia yaitu
- Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut
pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan
sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan
kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia
pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih
baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello
- Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak
memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya.
Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff
Sigmund Freud
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah
tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku.
1.
Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Freud
1. Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk
pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya
merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa
perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan
kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif
terhadap rangsangan. Kelima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai
berikut:
2. 1. Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan
Pada
tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga
perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting
untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan
memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung
pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga
mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
3. Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan,
anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi
pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan
ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan
minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
4. 2.
Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan
sampai 3 tahun
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari
libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik
utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk
mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa
prestasi dan kemandirian.
5. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap
ini tergantung pada cara di mana orang tua melakukan pendekatan pelatihan
toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan
toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak
merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap
ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten,
produktif dan kreatif.
6. Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan
dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan
menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud,
respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua
mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa yang
mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros
atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet
training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat anal berkembang
di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
7. 3.
Fase falis
(phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido
adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan
wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka
sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipus
menggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan
ayah. Namun, anak juga khawatir bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan
ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
8. 4.
Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai
pubertas
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi
seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran
intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
9. 5.
Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu
memasuki pubertas dan selanjutnya
10. Pada
tahap akhir perkembangan psikoseksual,
individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam
tahap-tahap awal hanya fokus pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan
orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan
sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap
ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
2.
Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika
Erikson
Teorinya yang paling terkenal adalah Erikson’s Ego
Psychology (Psikologi Ego Erikson) yaitu teori perkembangan kepribadian
yang mirip dengan karya Freud, namun bedanya bahwa Erikson menerapkan teori ini
dalam konteks psikososial, menambah sejumlah tahapan lagi, dan menekankan
faktor ego daripada Id. Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat
delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan.
Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan
individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini
bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan
peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin
sehat perkembangan mereka.
Berikut adalah beberapa tahap
krisis perkembangan menurut Erik Erikson:
1.
kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust versus mistrust) Ã
sejak lahir hingga usia 12-18 bulan
Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami
dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman
secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan.
Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat
tinggal yang baik dan menyenangkan.
2.
Autonomi vs rasa malu dan ragu (autonomy versus shame and doubt) Ã
usia 12-18 bulan hingga 3 tahun
Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada
masa bayi dan baru mulai berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya
kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas
kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi
mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan
rasa malu dan keragu-raguan.
3.
Inisiatif vs rasa bersalah (initiative versus guilt) Ã
usia 3-6 tahun
Merupakan tahap ketiga yang
berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah
mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif
untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka,
mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab
meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak
diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.
4. Indistri vs inferioritas (industry versus inferiority) Ã
usia 6 tahun-pubertas
Berlangsung selama tahun-tahun
sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir
periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki
tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah
perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
5. Identitas vs kekacauan identitas (identity versus identity confusion) Ã
pubertas-dewasa awal
Adalah tahap kelima yang dialami
individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh
pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju
masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan
alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua
harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika
anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai
identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja
tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa
depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.
6. Imitasi vs isolasi (intimacy versus isolation) Ã
dewasa awal
Tahap keenam yang dialami pada
masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan
pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk
persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain,
keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
7. Produktivitas vs stagnasi (generality versus stagnation) Ã dewasa tengah
Tahap ketujuh perkembangan yang
dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi
muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality).
Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah
stagnation.
8. Integritas evo vs putus asa (integrity versus despair) Ã
dewasa akhir
Tahap kedelapan yang dialami pada
masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan
mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan
sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya,
jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan
cenderung merasa bersalah dan kecewa.
Macam-macam Teori Belajar
Dalam psikologi
dan pendidikan , pembelajaran
secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif,
emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,
meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai,
dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu
proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan
tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk
menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita
memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori
utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori
belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati
pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran
berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di
mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori
Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang
pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah
berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para
peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses.
Peneliti yang
mengembangkan teori kognitif
ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing
memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan
(organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas
bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti
bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern.
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Dengan teori
konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari
idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan
baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi.
Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih
lama semua konsep.
TEORI-TEORI EVOLUSI BIOLOGI
Teori Evolusi
Teori
Evolusi Masa Darwin
Pada
tahun 1859, Charles Darwin menerbitkan bukunya dengan judul On the Origin of
Species by Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in
The Struggle for Life. Dalam bukunya ini ditekankan bahwa untuk dapat bertahan
hidup agar tidak punah perlu adanya perjuangan untuk hidup.
Teori evolusi Darwin merupakan teori yang didasar atas fakta-fakta hasil observasi baik dari lingkungan sekitarnya maupun dari peristiwa alam yang sesunggguhnya. Sebelumnya pada tahun 1858 Yoseph Hoken menerbitkan bukunya yang berjudul On the Tendency of Species to Form Variation, and on the Perpetuation of Varieties and Species by Natural Mean of Sleection. Buku ini diterbitkan sebagai upaya menggabungkan pendapat Charles Darwin dan Alfred Wallace.
Gagasan Charles Darwin dan Alfred Wallace tentang evolusi ditandai dengan adanya tiga observasi dan dua kesimpulan, yaitu:
Observasi : Bila tidak ada tekanan dari lingkungannya, makhluk hidup cenderung untuk memperbanyak diri seperti deret ukur.
Observasi : Dalam kondisi lapangan, meskipun anggota populasi sering berubah dalam jangka waktu yang panjang, besarnya populasi adalah tetap.
Kesimpulan : Tidak semua telur dan sperma dapat menjadi zigot. Tidak semua zigot menjadi dewasa. Tidak semua makhluk dewasa dapat bertahan dan mengadakan reproduksi. Untuk dapat bertahan perlu adanya perjuangan.
Observasi : Tidak semua anggota suatu spesies adalah sama, dengan perkataan lain terjadi variasi dalam spesies.
Kesimpulan : Dalam perjuangan untuk hidup, varian yang baik akan menikmati hasil kompetisi terhadap varian lain. Varian tersebut akan berkembang menjadi lebih banyak secara proporsional dan akan mempunyai keturunan secara proporsional pula.
Asal mula spesies telah dipermasalahkan dengan pengertian bahwa apa yang dinamakan spesies (baru) terjadi melalui seleksi alam, dan lingkungan hidup telah diperhitungkan. Suatiu kelebihan dibandingkan dengan para pendahulunya, Charles Darwin telah menyadari bahwa makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Cambridge, dan melakukan perjalanan mengelilingi dunia dengan para ahli ilmu alam melalui ekspedisi H.M.S. Beagle (1832 – 1837) dan juga pada ekspedisi Beagle yang berikutnya (1837 – 1838) ke kepulauan Galapagos, Darwin mengalami masa-masa yang paling krusial dalam kehidupannya berkenaan dengan kenyataan yang terlihat di alam. Dalam ekspedisi ini yang dikerjakan oleh Darwin adalah mengoleksi burung-burung (burung Finch) yang terdapat atau hidup di kepulauan Galapagos. Kenyataan yang dilihat Darwin, bahwa terdapat variasi paruh burung Finch dari satu pulau dengan pulau yang lain di kepulauan Galapagos. Awalnya, Darwin menduga bahwa semua burung Finch yang terdapat di kepulauan Galapagos adalah satu spesies, tetapi kenyataannya setiap pulau memiliki spesies berbeda. Ia menduga bahwa burung-burung finch mengalami perubahan dari suatu nenek moyang yang sama. Dari kenyataan ini Darwin menerima idea yang menyatakan bahwa spesies dapat berubah. Tahap berikutnya, ia mengemukakan teori yang dapat menjelaskan mengapa spesies berubah. Ia mencatat dalam buku catatannya bahwa ada waktu dimana organisme berjuang untuk tetap hidup (survive). Teorinya tidak hanya menjelaskan mengapa spesies berubah, tetapi juga mengapa mereka (burung finch) terbentuk berjuang untuk hidup. Perjuangan untuk hidup (struggle for existence), menghasilkan adaptasi ciri-ciri atau karakter terbaik yang dapat memunginkan organisme tersebut tetap survive kemudian menurunkan ciri-ciri tersebut ke-offspring dan secara otomatis meningkatkan frekuensi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sementara kenyataan lain menunjukkan bahwa lingkungan tidak pernah tetap, tetapi selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Gagasan evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin diilhami oleh beberapa pendahulunya, antara lain (1) Erasmus, kakek Charles Darwin, (2) Thomas Robert Malthus, ahli ekonomi, (3) Charles Lyell, yang ahli geologi, (4) Jean Baptista Lamarck.
Erasmus Darwin dalam bukunya “Zoonomia”, menyatakan bahwa kehidupan itu berasal
dari asal mula yang sama, dan bahwa respons fungsional akan diwariskan pada
keturunannya. Thomas Robert Maltus menarik bagi Charles Darwin yang selanjutnya
memunculkan kata, “perjuangan untuk hidup”. Thomas Robert Maltus mengemukakan
pada bukunya “Essay On the Principle of Population as it Affect the Fulture
Improvement of Man Kind”, bahwa tidak ada keseimbangan antara pertambahan
penduduk dan makanan. Dari Charles Lyell, Darwin mendapat ilham tentang adanya
variasi karena pengaruh alam. Dalam bukunya “Priciple of Geology” ia
mengemukakan bahwa perubahan terus menerus pada bumi, masih terus berlangsung
hingga kini. Walaupun gagasan Lamarck tidak disetujui Darwin sepenuhnya, ia
tidak menolak gagasan Lamarck tentang diwariskannya sifat yang didapat
(acquired character). Terjemahan Darwin tentang sifat yang didapat, yang lebih
berbeda dengan Lamarck adalah mengenai sejarah panjang leher jerapah.
Pada dasarnya teori Darwin dapat dibedakan atas dua hal pokok yaitu konsep tentang perubahan evolutif dan konsep mengenai seleksi alam. Dalam hal ini Darwin menolak pendapat bahwa makhluk hidup adalah produk ciptaan yang tak dapat berubah. Makhluk hidup yang sekarang adalah produk dari perubahan sedikit demi sedikitdari nenek moyang/dari makhluk asal yang berbeda dengan yang sekarang. Selanjutnya seleksi alam yang menuntun terjadinya perubahan tersebut.
Konsep perubahan secara evolusi dari makhluk hidup merupakan kesimpulan Darwin dari adanya fosil-fosil yang ditemukan pada permulaan abad 19. Apa yang ditemukan tersebut berbeda dengan makhluk yang ada sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan, fosil pada lapisan berbeda, berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya, terlihat adanya perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya lokasi-lokasi tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut perlu pengamatan dan interpretasi yang tajam. Kesinambungan yang didasarkan pada kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para ahli dapat memberikan gambaran prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang diharapkan dapat ditemukan.
Darwin telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik terjadi karena peristiwa seleksi alam.
Pada dasarnya teori Darwin dapat dibedakan atas dua hal pokok yaitu konsep tentang perubahan evolutif dan konsep mengenai seleksi alam. Dalam hal ini Darwin menolak pendapat bahwa makhluk hidup adalah produk ciptaan yang tak dapat berubah. Makhluk hidup yang sekarang adalah produk dari perubahan sedikit demi sedikitdari nenek moyang/dari makhluk asal yang berbeda dengan yang sekarang. Selanjutnya seleksi alam yang menuntun terjadinya perubahan tersebut.
Konsep perubahan secara evolusi dari makhluk hidup merupakan kesimpulan Darwin dari adanya fosil-fosil yang ditemukan pada permulaan abad 19. Apa yang ditemukan tersebut berbeda dengan makhluk yang ada sekarang dan walaupun tidak sepenuhnya meyakinkan, fosil pada lapisan berbeda, berbeda pula dan dari lapisan satu ke lapisan berikutnya, terlihat adanya perubahan berkesinambungan, meskipun tidak sepenuhnya dan hanya lokasi-lokasi tertentu. Dan juga penting untuk kejelasan kesinambungan tersebut perlu pengamatan dan interpretasi yang tajam. Kesinambungan yang didasarkan pada kemiripan fosil-fosil tersebut, bagi para ahli dapat memberikan gambaran prediktif akan bentuk-bentuk fosil yang diharapkan dapat ditemukan.
Darwin telah menghabiskan waktu sekitar 20 tahun untuk mengumpulkan data lapangan yang kemudian disusunnya dalam suatu deretan fakta yang sangat banyak. Fakta tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sesungguhnya evolusi terjadi di lingkungan makhluk hidup, dan atas dasar fakta tersebut Darwin menrumuskan wawasannya tentang seleksi alam, dengan mengemukakan 2 makna wawasan yaitu adanya evolusi organik dan evolusi organik terjadi karena peristiwa seleksi alam.
1.
Fakta yang menjadi dasar Teori Seleksi Alam Darwin yang dikenal sebagai
prinsip-prisip seleksi alam Darwin adalah :
a.
Fertilitas makhluk hidup yang tinggi
Oleh karena
tingkat kesuburan makhluk hidup yang tinggi, amka apabila tidak hambatan atas
perkembangbiakan suatu spesies dalam waktu yang singkat seluruh dunia tidak
akan mampu menampungnya. Akan tertapi kenyataan yang terjadi tidaklah demikian,
dan itulah merupakan fakta yang kedua.
b. Jumlah
individu secara keseluruhan yang hampir tidak berubah
Sekalipun tingkat kesuburan tinggi
namun pada kenyataannya jumlah individu tidak melonjak tanpa terkendali.
Nampaknya ada faktor lain yang membatasi dan mengatur pertambahan jumlah
individu seuatu spesies di satu tempat. Faktor-faktor pembatas dan yang
mengatur jumlah indovidu itulah yang menyebabkan individu-individu yang
berhasil tetap hidup tidak banyak jumlahnya sekalipun banyak individu turunan
yang dihasilkan tetapi banyak juga yang mati. Secara keseluruhan faktor-faktor
pembatas itulah yang menjadi fakta ketiga.
c.
Perjuangan untuk hidup
Supaya dapat tetap hidup setiap makhluk hidup harus “berjuang” baik secara
aktif maupun pasif. Pada umumnya perjuangan untuk hidup terjadi karena adanya
Persaingan, baik antar individu sespesies atupun yang berlainan spesies;
Pemangsaan, termasuk juga parasitisme; Perjuangan terhadap alam lingkungan yang
tidak hidup seperti iklim, dsb.
d.
Keanekaragaman dan hereditas
Makhluk hidup baik tumbuhan maupun
hewan sangat beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut antara lain berkenaan
dengan struktur, tingkah laku, maupun aktifitas. Keanekaragaman terlihat mulai
dari tingkat antarfilum/antar divisi, antarklas sampai dengan atar individu se
spesies bahkan anatr individu seketurunan. Tidak sedikit ciri yang menyebankan
keaneragaman tersebut diturunkan kepada generasi keturunannya, artinya dari
generasi ke generasi selalu terdapat keanekaragaman bahkan karena berbagai
sebab keanekaragaman tersebut bertambah luas. Adanya keanekaragaman itulah yang
menyebabkan keberhasilan “perjuangan untuk hidup” tidak sama antar satu
individu dengan individu lainnya. Dalam hal ini ada individu yang tidak
mustahil jauh lebih berhasil dari yang lainnya. Itu pula alasannya sehingga
banyak individu yang mati lebih awal dan pada akhirnya individu pada generasi
turunan tidak terlalu melonjak jumlahnya sekalipun individu turunan yang
dihasilkan sebenarnya sangat banyak.
e. Seleksi
alam
Kenyataan terdapatnya keberhasilan “perjuangan untuk hidup” yang tidak sama
antar individu disebabkan ada individu yang lebih sesuai karena memiliki
ciri-ciri yang lebih sesuai dari yang lainnya. Individu yang lebih sesuai
inilah yang lebih berhasil dalam “perjuangan untuk hidup”. Individu yang lebih
berhasil inilah yang mempunyai peluang lebih besar untuk melanjutkan keturunan
dan sekaligus mewariskan ciri-cirinya pada generasi turunannya. Sebaliknya
individu yang kurang berhasil lama kelamaan akan tersisih dari generasi ke
generasi.
f. Lingkungan yang terus berubah
Dalam situasi lingkungan yang terus
mengalami perubahan, makhluk hidup harus terus menerus mengadakan penyesuaian
melalui “perjuangan untuk hidup” yang tiada hentinya.Artinya peristiwa seleksi
alam berlangsung tiada hentinya dan sebagai akibatnya pada generasi tertentu
akan muncul individu yang memiliki ciri-ciri yang semakin adaptif serta
spesifik bagi situasi lingkungan yang melingkupi.
2. Evolusi
Organik terjadi karena peristiwa seleksi alam
Makna utama wawasan Darwin dalam teori ini adalah bahwa evolusi organik memang
terjdi, dan bahwa evolusi organik tersebut terjadi karena peristiwa seleksi
alam. Dalam hubungannya dengan teori seleksi alam Darwin, terdapat kesan yang
cukup kuat bahwa peristiwa seleksi alam adalah sebab utama terjadinya evolusi
(G.G. Simpson, Life: An Introduction to Biology, 1957); disamping itu peristiwa
seleksi alam diartikan sebagai suatu perjuangan langsung antar individu
sespesies ataupun antar spesies (direct combat: C.A. Villec, General Zoology,
1978).
Munculnya teori seleksi alam Darwin ternyata menimbulkan banyak kontroversi di kalangan para ahli biologi. Disamping itu pula mendapatkan reaksi keras dan tantangan. Sejak semula teori seleksi alam Darwin ini ditafsirkan secara keliru sebagai teori yang memperkenalkan bahwa manusia berasal dari kera. Reaksi dan tantangan masih berkelanjutan hingga sekarang dan menjadi demikian kacaunya karena reaksi agama terlebih lagi dengan munculnya buku karya Harun Yahya tentang Runtuhnya Teori Evolusi;. Dalam hal ini makna wawasan Darwin telah dipertentangkan dengan ajaran agama atas dasar persepsi yang salah. Oleh karena itu peluang munculnya pemikiran yang jernih atas teori seleksi alam Darwin berkurang atau hilang sama sekali dan pada akhirnya menutup kemungkinan ditemukannya manfaat terapan dari teori tersebut. Sangat boleh jadi diantara kita tidak sedikit yang masih mempunyai persepsi keliru atas teori seleksi alam Darwin. Sesungguhnya makna wawasan Darwin adalah berkenaan dengan kedua makna yang telah disebutkan sebelumnya dan sama sekali tidak memperkenalkan ajaran yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Namun demikian, sebagai suatu teori keilmuan yang berkenaan dengan perkembangan (perubahan) makhluk hidup, pada kenyataannya teori seleksi alam Darwin telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Hasil dari pengembangan dan penyempurnaan tersebut telah melahirkan teori/paham baru tentang seleksi alam yang lebih dikenal dengan Neo Darwinisme.
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
http://supeksa.wordpress.com/2012/04/20/sejarah-perkembangan-teori-evolusi-makhluk-hidup/
Nama : Istiara Octaviani
PG PAUD UHAMKA
Semester 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar