PERTEMUAN II
TEORI-TEORI TENTANG PERKEMBANGAN
A.
Teori Biologis
1.
Teori Kematangan
ü Menurut Charles Darwin
·
Tidak ada individu yang identik, selalu ada variasi
meskipun dalam satu keturunan
·
Setiap populasi cenderung bertambah banyak karena setiap makhluk hidup mampu
berkembang biak.
·
Untuk berkembangbiak diperlukan makanan dan ruang
yang cukup.
·
Pertambahan populasi tidak berlangsung secara terus menerus, tetapi
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor pembatas antara lain makanan dan
predasi.
ü Menurut Arnold Gesell
Dalam Teori kematangan yang diungkapkan oleh Arnold Gesell ada 5 tahap
dalam proses perkembangan kanak-kanak.
·
Tahap pertama lahir sehingga 1 tahun iaitu 1 bulan menghasilkan tangisan
berbeda-beda untuk menyatakan kehendak berlainan seperti lapar dan popoknya
basah, 4 bulan koordinasi fisik berlaku seperti mata mengikut objek yang
bergerak, 6 bulan tangan bayi mulai menggenggam objek, 7 bulan bayi mulai duduk
dan merangkak dan 12 bulan bayi mampu berdiri dengan berpegang pada alat.
·
Tahap kedua, 1 - 2 tahun yaitu kemantangan fisik dan mental mulai
meningkat, mulai memahami makna ‘jangan’ dan pada umur 2 tahun mampu untuk
berjalan tetapi dengan bantuan. Tahap ketiga, 2-3 tahun yaitu koordinasi mata,
tangan dan kaki mulai terbentuk, bisa bercakap menggunakan kata-kata mudah dan
bisa mengurus diri seperti makan dan memakai kasut. Tahap ini kanak-kanak sudah
pandai untuk berimaginasi yaitu membentuk sesuatu dengan menggunakan permainan
yang berada di sampingnya atau di sekitar kanak-kanak tersebut. Tahap keempat, 3-4
tahun yaitu koordinasi dan kematangan fisik semakin kukuh dan bisa mengikuti
perintah ibu dan bapak. Tahap kelima, 4-5 tahun yaitu proses berinteraksi
terbentuk, mula bersosialisasi, mengemukakan soalan berperingkat-peringkat dan
bersedia untuk ke kelas prasekolah.
Pengawasan dari bapak ibu sangat penting supaya tidak terjadi kecelakaan
terhadap kanak-kanak. Antara psikomotor yang terlibat ialah motor kasar dan
motor halus.
2.
Teori Etologis
ü Menurut Charles Darwin
Pada dasarnya, teori Darwin berjalan sebagai berikut : diantara
anggota-anggota sebuah spesies, terdapat variasi yang tak tehitung jumlahnya
dan diantara anggota yang bermacam-macam itu hanya kelompok tertentu yang
berhasil bertahan hidup yang bisa menghasilkan keturunannya. Dengan
demikian terdapat ‘perjuangan untuk bertahan hidup’ dimana anggota-anggota
tebaik sebuah spesies dapat hidup cukup panjang untuk meneruskan sifat unggul
mereka kepada generasi berikutnya. Terhadap jumlah generasi yang tak terhitung
jumlahnya itu, alam kemudian ‘memilih’ siapa-siapa yang bisa beradaptasi paling
dengan lingkungan mereka. Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral
dari biologi (ilmu hayat).
Menurut Darwin, Istilah ‘perjuangan untuk bertahan hidup’ (survival for the
existence) adalah yang unggul yang bisa bertahan hidup (survival of the
fittest). Darwin
juga merupakan ilmuwan pertama yang memberikan perhatian pada perkembangan
melalui observasi yang hati-hati terhadap bayi-bayi. Di samping itu, Darwin pun membahas
tentang keadaan emosional pada bayi. Menurutnya sangat sulit untuk mengetahui
seberapa dini bayi dapat menunjukkan dirinya sedang marah. Ia mengatakan bahwa
bayi yang baru berumur 8 hari akan mengerutkan kening disekitar matanya sebelum
ia menangis. Hal ini bisa menandakan
bahwa bayi tersebut merasakan menderita atau
sulit tapi bukan marah (Karl,1982).
ü
Menurut Korad Lorenz & Nikon Timbergen
Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi,
terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep
periode penting (critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat
dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal.
Konsep etologi untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam satu periode waktu
yang kritis yang melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak
pertama kali. Para Etologis adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan
mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati
perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya
seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan
lain-lain. Pendekatan Metodologis (Pendekatan yang memahami tingkah laku dengan
setting yang alamiah).
Langkah–langkahnya :
1. Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,
2. Mengamati tingkah laku khasnya,
3. Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.
1. Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,
2. Mengamati tingkah laku khasnya,
3. Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.
Tingkah laku Instingtif adalah tingkah laku yang tidak pernah dipelajari
dan muncul karena stimulus eksternal tertentu. Pola tindakan tertentu juga
memiliki komponen pendorong dasariah, sebuah desakan dari dalam untuk terlibat
dalam tingkah laku instingtif. Contohnya : tindakan penyelamatan diri anak ayam
oleh induknya karena dapat merespon kapanpun jika anak-anaknya berada dalam
bahaya dan dicontohkan pada hasil percobaan Lorentz terhadap dua butir
telur angsa. Telur pertama dierami oleh
induknya sedangkan telur kedua dihangatkan di dalam incubator. Setelah telur
angsa menetas, angsa yang dierami induknya akan mengikuti tingkah laku induknya
dan angsa yang dihangatkan di dalam incubator selama belum menetas mengikuti
tingkah laku Lorentz (T Lawton, Joseph, 1982).
ü
Menurut John Bowlby
Menurut teori Etologi (Berndt,
1992) tingkah laku lekat pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan
instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada
anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk
saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa
perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan,
senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan
bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga
dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu.
Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan
mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality
attachment). Teori etologi juga menggunakan istilah “Psychological Bonding”
yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama
sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan kehidupan sosial (Bowley dalam
Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia
dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat
berkembang.
B. Teori Psikodinamika
1.
Teori Psikodinamika
ü Menurut Sigmund Freund
·
Konsep Libido
·
Hipotesa
·
Libido
·
Freud mengemukakan bahwa manusia
terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting-insting itu dapat
digolongkan dalam dua jenis, yaitu insting hidup (life instinct) dan insting
mati (death instinct). Insting hidup adalah naluri untuk mempertahankan hidup
atau keturunan, sedangkan insting mati adalah naluri yang menyatakan bahwa pada
suatu saat seseorang itu akan mati. Freud tidak memberikan nama-nama khusus
pada energi-energi yang bersumber pada insting mati ini, hanya dikatakannya
bahwa insting ini menyebabkan prilaku-prilaku agresif. Namun, tentang insting
hidup jelas dinyatakannya sebagai insting seksual dan energi-energi yang
berasal dari insting seksual inilah yang disebutnya libido.
Tingkatan Perkembangan
·
Fase
oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan
Bagian tubuh
yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
·
Fase anal (anal stage) :
kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Pada fase ini
bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
·
Fase falis (phallic stage) :
kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah
alat kelamin.
·
Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat
laten atau tertekan.
·
Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya.
Pada masa ini individu
telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
Tiga Unsur Kepribadian
·
Id adalah aspek kepribadian yang
dimiliki individu sejak lahir. Jadi Id merupakan factor pembawaan.
·
Ego merupakan aspek kepribadian yang
diperoleh sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Freud,
Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang fungsinya mengarahkan
individu pada realitas atas dasar prinsip realitas (reality principle).
·
Super
Ego adalah
aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan
yang sifatnya normative.
2. Perkembangan Psikososial
ü
Menurut Erik Erikson
Teori Erik Erikson tentang
perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori
perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam
psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang
dalam beberapa tingkatan. Salah
satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita
kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu
berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi
sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan
mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
C.
Teori
Perkembangan Kognitif
ü
Menurut Jean Piaget
Teori ini membahas munculnya
dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh
cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori
nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan.
Piaget membagi skema yang
digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai
dewasa)
· Information Processing
Theorist
Teori ini didasarkan pada
gagasan bahwa manusia memproses informasi yang mereka terima, bukan hanya
menanggapi rangsangan. Perspektif ini menyamakan pikiran ke komputer, yang
bertanggung jawab untuk menganalisis informasi dari lingkungan. Menurut model
pemrosesan informasi standar untuk perkembangan mental, mesin pikiran meliputi
mekanisme perhatian untuk membawa informasi dalam, memori bekerja untuk secara aktif
memanipulasi informasi, dan memori jangka panjang untuk pasif memegang
informasi sehingga dapat digunakan di masa depan. Teori ini membahas bagaimana
sebagai anak-anak tumbuh, otak mereka juga matang, yang mengarah ke kemajuan
dalam kemampuan mereka untuk memproses dan merespon informasi yang mereka
terima melalui indera mereka. Teori ini menekankan pola pembangunan
berkelanjutan, berbeda dengan teori Perkembangan Kognitif seperti Jean Piaget
bahwa perkembangan pemikiran terjadi secara bertahap pada suatu waktu.
· Akomodasi
adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan
pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak
sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi
pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung
unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
"burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung
si anak.
· Asimilasi
adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam
skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan
cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa
masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat
burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh
mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
· Skematik
Skema berupa kategori pengetahuan yang
membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan
tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau
mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik
kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring
dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya
digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya
ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis
binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan
burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil,
berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung
unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang
burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
ü Lawrence Kohlberg (Teori Penalaran
Kognitif)
·
Perkembangan Moral
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran
dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran
moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg.
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang
merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang
dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring
penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan
moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas
pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada
prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama
kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari
penelitiannya.
D. Pandangan Teori Belajar
1. Aliran
Behavior
ü
Menurut Waston
Watson mendefinisikan belajar
sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon
yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun
dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak
perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang
behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan
ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada
pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
ü
Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan
variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian
belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi
Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama
untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan
manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin
dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini,
tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
ü
Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang
utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai
suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar
terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah
perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat
dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.
2. Teori
Operant-Learning
ü
Menurut Skianer
Teori ini dikembangkan oleh
B.F Skinner. Menurut Skinner dalam (Dimyati Mahmud, 1989: 123) tingkah laku
bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja
atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi
operant conditioning atau operant learning itu melibatkan pengendalian
konsekuensi.
Eksperimen Skinner
Dalam eksperimen Skinner
(Muhibbin Syah, 2003: 99), Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan
dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan “Skinner Box”. Peti sangkar ini
terdiri atas dua komponen yaitu: manipulandum dan alat pemberi reinforcement
yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat
dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini
terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengungkit. (Rober, 1988).
Dalam eksperimen ini,
mula-mula tikus mengeksplorasi pati sangkar dengan berlari-lari atau mencakari
dinding. Aksi ini disebut “”emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar
tanpa mempedulikan stimulus tertentu). Sampai pada suatu ketika secara
kebetulan salah satu “emitted behavior” tersebut dapat menekan pengungkit yang
menyebabkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya sehingga tikus
dapat mendapatkan makanan.
Butir-butir makanan ini
merupakan reinforce bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah yang
disebut tingakah laku operant yang akan terus meningkat apabial diiringi dengan
reinforcement, yakni pengauatan berupa butir-butir makanan yang muncul
3. Teori
Cognitive Social Learning
ü
Bandura
Pertama, Bandura berpendapat manusia dapat
berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan
semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan
dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling
mempengaruhi.
Kedua, bandura menyatakan, banyak aspek fungsi
kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan orang lain. Dampaknya, teori
kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah
laku itu diperoleh dan dipelihara.
Teori Belajar Sosial (Social
Learing Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep :
1. Determinis Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang
menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus
menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang
menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrl lingkungan, tetapi
orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal
adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan
Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai
saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena
psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal
sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan
sistem sosial.
2. Tanpa Renforsemen (beyond reinforcement), Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu
bergantung pada renforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus
dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar
apapun. Menurutnya, reforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah
laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk
tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan
kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada
renforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi
konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.
3. Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional sering
terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan
proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat
mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara
mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi
bagi tingkahlakunya sendiri.
E.
Kontekstialisme
1. Teori Sistem Ecological
ü
Menurut Vygotsky
Secara umum, pendekatan
konstruktivisme sosial menekankan pada konteks sosial dari pembelajaran dan
bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikontruksi secara bersama (mutual).
Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi murid untuk mengevaluasi
dan memperbaiki pemahaman mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang
lain dan saat mereka berpartisipasi dalam pencarian pemahaman bersama. Dengan
cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk
perkembangan pemikiran murid.
Dari Piaget ke Vygotsky ada
pergeseran konseptual dari individu ke kolaborasi, interaksi sosial, dan
aktivitas sosiokultural. Dalam pendekatan konstruktivisme Piaget, murid
mengkonstruksi pengetahuan dengan menstransformasikan, mengorganisasikan, dan
mengoraginsasi pengetahuan sebelumnya. Konstruktivisme Vygotsky menekankan
bahwa murid mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang
lain. Isi dari pengetahuan ini dipengaruhi oleh kultur di mana murid tinggal,
yang mencakup bahasa, keyakinan, dan keahlian/ketrampilan.
Maka bagi Vygotsky, ada dua
prinsip penting berkenaan dengan teori konstruktivisme sosialnya, yaitu:
a. Mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial yang
dimulai proses pencanderaan terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar
informasi dan pengetahuan,
b. Zona of proximal development.
Pendidik sebagai mediator memiliki peran mendorong dan menjembatani siswa dalam
upayanya membangun pengetahuan, pengertian dan kompetensi.
Konstruktivisme Vygoskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara
kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap
individu. Proses dalam kognisi
diarahkan memulai adaptasi intelektual dalam konteks sosial budaya. Proses
penyesuaian itu equivalent dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra
individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini,
para konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling
tukar gagasan antar individual.
DAFTAR PUSTAKA
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan . Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996
Sujiono, Yuliani Nurani.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:
PT
INDEKS,2009
Yuliani Nurani dkk. Strategi Pembelajaran .Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas
Terbuka, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar