Rabu, 20 Maret 2013

andin ( pertemuan 1 dan 2 )


PERTEMUAN 1

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

1.      Pengertian Pertumbuhan Menurut para Ahli

v  Bertambahnya jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya  ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat (Narendra, Moersitowati. 2002: 1).  judul artikel (Pengertian Pertumbuhan Definisi Menurut Para Ahli  dan Faktor yang mempengaruhi).
v  Definisi Pertumbuhan adalah indikator dinamik yang mengukur pertambahan berat dan tinggi/panjang anak. (Soekiman. 2000).
v  Definisi Pertumbuhan  (Growth) berkaitan dengan perubahan besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat  sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Supriasa. 2001: 27)
v  Menurut Jellife D.B (1989) pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ  dan jaringan dari masa konsepsi sampai remaja. (Supriasa. 2001: 27)
v  Kartono, Pertumbuhan merupakan perubahan secara fiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat, peredaran waktu tertentu.
v  Pertumbuhan dinyatakan dalam perubahan-perubahan yag terjadi pada bagian, tetapi pertumbuhan itu sendiri adalah suatu sifat umum dari suatu organisme (Whitherington, 1991 : 156).


Pertumbuhan dipengaruhi oleh 2  faktor utama yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. 
1.      Faktor Internal  
Soetjiningsih (1998) mengungkapkan bahwa faktor genetik merupakan modal dasar bagi  proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada dalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. 
2.      Faktor Eksternal (Lingkungan)  
Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. 
Unicef dan Johnson (1992) membuat model interaksi tumbuh kembang anak dengan melihat sebab dasar, sebab tidak langsung dan sebab langsung. Sebab langsung adalah kecukupan makanan dan keadaan kesehatan. Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan ibu bagi anak, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Salah satu layanan kesehatan bagi balita adalah posyandu.

3.     Pengertian Perkembangan menurut Ahli

v Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "perkembangan" adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret (perhatikan kata-kata yang dicetak miring di atas).
v  Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.
v  Allah SWT berfirman :
Artinya :
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. Ar-Rum : 54).

4.Arah atau Pola Perkembangan

Menurut Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan sebagai berikut :
1.       Cephalocaudal & proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki (cephalocaudal) bayi lebih dahulu dapat melihat obyek sebelum dapat mengendalikan tubuh mereka. Bayi juga terlebih dahulu dapat menggunakan tangannya, sebelum dapat merangkak atau berjalandan dari tengah: jantung, paru-paru dan sebagainya ke samping: tangan (proximal-distal). Contohnya kendali otot tubuh dan lengan lebih dulu matang sebelum kendali tangan dan jari. Lebih jauh lagi, bayi menggunakan seluruh tangannya sebagai kesatuan sebelum mereka dapat mengontrol beberapa jari mereka.
2.    Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya. Contohnya : mata, akan dapat melihat setelah otot-ototnya matang, atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan apabila otot-ototnya sudah matang.
3.     Perkembangan itu berdiferensiasi. Artinya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respons anak pada mulanya bersifat umum. Contohnya : bayi menendang-nendangkan kakinya secara sembarangan sebelum ia dapat mengaturnya untuk merangkak atau berjalan, bayi menunjukkan rasa takut yang bersifat umum terhadap semua benda (orang) yang asing baginya kemudian lambat laun rasa takutnya menjadi lebih tertuju kepada hal-hal tertentu.
4.    Perkembangan berlangsung dari konkret ke abstrak. Artinya, perkembangan berproses dari suatu kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak). Contohnya : anak kecil dapat berhitung dengan bantuan jari tangan, sedangkan remaja sudah tidak lagi memerlukan bantuan tersebut.
5.    Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme. Ini berarti bahwa pada mulanya seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya.
6.    Perkembangan berlangsung dari “outter control to inner control”. Artinya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis (perlindungan, kasih sayang, atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengawasan dari luar (out control). Seiring bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai, baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat, anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner control). Kemampuan “inner control”  ini seperti : dia dapat mengambil keputusan atau memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab terhadap resiko yang mungkin terjadi.

5. Motorik Kasar dan Halus
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu menurut Hurlock (1996) adalah sebagai berikut:
·       Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
·       Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
·       Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
·       Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan
atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).




PERTEMUAN 2

TEORI-TEORI TENTANG PERKEMBANGAN

1. Teori Biologis
C.Ray Jeffery (1979; 1980) dan para pendukung modern lain dari teori biologis kejahatan mengklaim bahwa  meskipun dalam masa-masa lalu teori-teori tersebut tidak sepenuhnya diabaikan, tetapi diperlakukan sebagai sebuah subyek tabu dan secara sistematis ditekan oleh pikiran tertutup, para pakar kriminologi yang berorientasi sosiologi. Teori-teori biologi awal ditolak karena:Penyesalan sejarah pada perspektif ini pada ratusan tahun terakhir (yang dengannya) klaim-klaim yang berlebihan, bukti empiris yang kurang, kenaifan, kelemahan yang nyata, dan pernyataan atau pengimbasan pada kekurangan beri fatrasialdanetnis…(Dinitz, 1977: 31).
“KriminologiBiologis” pada akhirnya didiskreditkan karena penemuannya secara luas tidaklah saintifik, simplistik, dan tidak bersebab. Faktor-faktor biologis secara global tertolak secara hakiki pada ketidakmampuan para pakar teori untuk memfaktakan penjelasan rasional untuk pengembangan dari karakter kriminal (Fishbein, 1990).

2. Teori Kematangan

v  Menurut Arnold Gesell
Berfokus kepada penyelidikan kajian ekstensif beberapa orang kanak-kanak. Kanak-kanak diumpamakan seperti tumbuh-tumbuhan. Menekankan kesediaan dan kematangan dan mendapati kanak-kanak secara semula jadi bersedia membaca apabila umur mentalnya sudah mencapai 6 ½ tahun. Melihat kematangan biologi sebagai perubahan fisiologi dan neurologi yang tidak dapat dikawal.
Bakat sebagai faktor utama, mempengaruhi perkembangan diri seseorang individu, jika baik bakanya baiklah individu yang akan terhasil. Kelancaran proses perkembangan individu dipengaruhi oleh kematangan fizikalnya. Menekankan perkembangan fizikal kanak-kanak.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor kematangan. Perkembangan individu mengikut jadual waktu yang tetap, urutan dan pola tertentu. Kanak-kanak perlu diberikan peluang berkembang pada kadar sendiri dan tidak dipaksa melakukan sesuatu hanya kerana telah mencapai peringkat usia perkembangan tersebut.

v  Menurut  Robert Havighurst
Perkembangan kanak-kanak dipengaruhi oleh budaya masyarakat persekitaran masyarakat tersebut. Menerangkan konsep tugas dalam teori perkembangannya. Pada setiap peringkat perkembangan manusia ada tugas yang perlu dicapai. Keupayaan menyempurnakan tugas tersebut dengan jayanya akan membawa kebahagiaan kepada individu. Manakala kegagalan dalam menyempurnakan tugas tersebut akan menyebabkan individu mengalami masalah dalam tugasan-tugasan berikutnya. Beliau juga percaya bahawa perkembangan manusia dipengaruhi oleh persekitarannya, nilai-nilai, norma dan budaya masyarakat. Ia telah mengenal enam tempoh usia utama: peringkat permulaan dan awal alam kanak-kanak (0-5 tahun), peringkat pertengahan kanak-kanak (6-12 tahun) remaja (13-18 tahun), kedewasaan awal (19-29 tahun), kedewasaan tengah (30-60 tahun), dan kematangan kemudian (61+).

3.    Teori Etologi
Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku hewan.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989)  lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa. Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan.
Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok kedalam sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat. Tiap kelompokk anak angsa langsung melihat kearah “ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang terlihat.

4.      Teori Psikodinamika
Ø  Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Freud

Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Kelima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut:
1.      Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.

2.      Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua melakukan pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa yang mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat anal berkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.

3.      Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah. Namun, anak juga khawatir bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.

4.      Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri
5.      Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal hanya fokus pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

Freud melihat perkembangan manusia sebagai sebuah evolusi, dalam bentuk perkembangan individu. Menurut Freud, dorongan utama dalam diri manusia, yaitu energi seksual, merupakan sebuah proses evolusi sejak kelahiran hingga masa puber dan dewasa dalam kehidupan masing-masing individu. Libido manusia juga mengalami perkembangan dalam berbagai tahap mulai dari tahapan mengisap dan menggigit pada masa bayi, masa pengeluaran sekresi dan saluran kencing, dan berakhir pada organ-organ genital. Libido punya peran sama, namun berbeda pada setiap individu. Libido punya potensi yang sama, namun punya manifestasi yang berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai proses evolusi pada masing-masing individu.

Ø  Teori Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson
Teorinya yang paling terkenal adalah Erikson’s Ego Psychology(Psikologi Ego Erikson) yaitu teori perkembangan kepribadian yang mirip dengan karya Freud, namun bedanya bahwa Erikson menerapkan teori ini dalam konteks psikososial, menambah sejumlah tahapan lagi, dan menekankan faktor ego daripada Id. Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka.

Berikut adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson:
1.      kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust versus mistrust)  sejak lahir hingga usia 12-18 bulan
Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.

2.      Autonomi vs rasa malu dan ragu (autonomy versus shame and doubt) usia 12-18 bulan hingga 3 tahun
Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan.

3.      Inisiatif vs rasa bersalah (initiative versus guilt)  usia 3-6 tahun
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.

4.      Indistri vs inferioritas (industry versus inferiority)  usia 6 tahun-pubertas
Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.

5.      Identitas vs kekacauan identitas (identity versus identity confusion) pubertas-dewasa awal
Adalah tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.

6.      Imitasi vs isolasi (intimacy versus isolation)  dewasa awal
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.

7.      Produktivitas vs stagnasi (generality versus stagnation dewasa tengah
Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation.

8.      Integritas evo vs putus asa (integrity versus despair)  dewasa akhir
Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.

Gambar : Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow

5.      Teori Kognitif
Menjelaskan cara berpikir, memahami dan belajar. Ia meyakini bahwa kecerdasan adalah proses kognitif atau mental yang digunakan anak untuk memperoleh pengetahuan. Kecerdasan adalah mengetahui dan melibatkan penggunaan operasi mental, yang berkembang sebagai akibat dari tindakan mental dan fisik di lingkungan sekitar. Keterlibatan aktif adlah dasar teori Piaget yang menyatakan bahwa anak mengembangkan kecerdasan lewat pengalaman/praktek langsung di lingkungan fisik.
*      Pembelajaran sebagai Adaptasi Konstruksi Mental
a.       Asimilasi adalah pengambilan data sensorik lewat pengalaman dan kesan dan penggabungan keduanya menjadi penegetahuan. Lewat asimilasi, anak-anak menggunakan mode atau pengalaman lama untuk memahami informasi dan pengalaman baru.
b.      Akomodasi adalah proses merubah metode lama dan beradaptasi sesuai lingkungan baru. Proses asimilasi dan akomodasi yang berfungsi bersama-sama, menjadi proses adaptasi.
c.       Keseimbangan adalah keseimbangan antara kedua proses. Menurut Piaget, akomodasi dan asimilasi  berfungsi bersamaan, harus ada keseimbangan diantara keduanya untuk memungkinkan anak memahami data baru
d.      Skema untuk merujuk kepada satuan pengetahuan yang dikembangkan anak lewat adaptasi.

6.      Teori Kontekstualisme
Ø  Menurut Lev Vygotsky
Teori Vygotsky tentang perkembangan khususnya bermanfaat untuk menjelaskan tentang perkembangan mental, bahasa, dan sosial anak. Itu semua didukung dan ditingkatkan oleh orang lain lewat interaksi sosial. Vygotsky juga meyakini bahwa anak-anak mencari orang dewasa untuk berinteraksi sosial mulai dari lahir, perkembangan terjadi lewat interaksi tersebut.
Salah satu konsep terpenting Vygotsky adalah ZPD ( Zone of Proximal Development ) atau zona pengembangan proximal yang didefinisikan sebagai berikut :
Wilayah perkembangan dimana anak dapat diarahkan untuk berinteraksi dengan mitra yang lebih mampu, baik orang dewasa maupun teman sebaya. Zona ini tercipta dalam interaksi sosial.


Referensi

Morrison, George S. 2008. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ). Jakarta: Indeks.
Sabur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar