PERTEMUAN 1
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
1.
Pengertian Pertumbuhan Menurut para Ahli
v Bertambahnya
jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik
dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya. Jadi bersifat
kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan
satuan panjang atau satuan berat (Narendra, Moersitowati. 2002: 1). judul
artikel (Pengertian Pertumbuhan Definisi Menurut
Para Ahli dan Faktor yang mempengaruhi).
v Definisi Pertumbuhan adalah indikator
dinamik yang mengukur pertambahan berat dan tinggi/panjang anak. (Soekiman.
2000).
v Definisi
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan perubahan besar, jumlah, ukuran dan
fungsi tingkat sel, organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Supriasa. 2001:
27)
v Menurut
Jellife D.B (1989) pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh,
organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai remaja. (Supriasa. 2001: 27)
v Kartono, Pertumbuhan merupakan perubahan secara fiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang berlangsung
secara normal pada diri anak yang sehat, peredaran waktu tertentu.
v Pertumbuhan dinyatakan dalam perubahan-perubahan yag terjadi
pada bagian, tetapi pertumbuhan itu sendiri adalah suatu sifat umum dari suatu
organisme (Whitherington, 1991 : 156).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu: faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor
Internal
Soetjiningsih (1998) mengungkapkan bahwa faktor
genetik merupakan modal dasar bagi proses pertumbuhan. Melalui genetik
yang berada dalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan.
2. Faktor
Eksternal (Lingkungan)
Faktor
lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Unicef dan Johnson (1992) membuat
model interaksi tumbuh kembang anak dengan melihat sebab dasar, sebab tidak
langsung dan sebab langsung. Sebab langsung adalah kecukupan makanan dan
keadaan kesehatan. Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga,
asuhan ibu bagi anak, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Salah satu layanan kesehatan bagi balita adalah posyandu.
3. Pengertian Perkembangan menurut Ahli
v Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "perkembangan" adalah perihal berkembang.
Selanjutnya, kata "berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak,
serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan,
dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja
meliputi aspek yang berarti abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi
juga meliputi aspek yang bersifat konkret (perhatikan kata-kata yang dicetak
miring di atas).
v Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology (1988), arti
perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif
yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa
membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.
v Allah SWT
berfirman :
Artinya :
Allah, Dialah yang menciptakan kamu
dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu
menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)
dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. Ar-Rum : 54).
4.Arah
atau Pola Perkembangan
Menurut
Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan
sebagai berikut :
1. Cephalocaudal
& proximal-distal (perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke
kaki (cephalocaudal) bayi
lebih dahulu dapat melihat obyek sebelum dapat mengendalikan tubuh mereka. Bayi
juga terlebih dahulu dapat menggunakan tangannya, sebelum dapat merangkak atau
berjalandan dari
tengah: jantung, paru-paru dan sebagainya ke
samping: tangan (proximal-distal). Contohnya kendali otot tubuh dan lengan lebih dulu matang
sebelum kendali tangan dan jari. Lebih jauh lagi, bayi menggunakan seluruh
tangannya sebagai kesatuan sebelum mereka dapat mengontrol beberapa jari
mereka.
2. Struktur
mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat
berfungsi setelah matang strukturnya. Contohnya : mata, akan dapat melihat
setelah otot-ototnya matang, atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan apabila
otot-ototnya sudah matang.
3. Perkembangan
itu berdiferensiasi. Artinya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus
(spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental
(psikis), respons anak pada mulanya bersifat umum. Contohnya : bayi
menendang-nendangkan kakinya secara sembarangan sebelum ia dapat mengaturnya
untuk merangkak atau berjalan, bayi menunjukkan rasa takut yang bersifat umum
terhadap semua benda (orang) yang asing baginya kemudian lambat laun rasa
takutnya menjadi lebih tertuju kepada hal-hal tertentu.
4. Perkembangan
berlangsung dari konkret ke abstrak. Artinya, perkembangan berproses dari suatu
kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya
tidak tampak). Contohnya : anak kecil dapat berhitung dengan bantuan jari
tangan, sedangkan remaja sudah tidak lagi memerlukan bantuan tersebut.
5. Perkembangan
berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme. Ini berarti bahwa pada mulanya
seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia
melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya.
6. Perkembangan
berlangsung dari “outter control to inner control”. Artinya,
pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya),
baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis (perlindungan, kasih
sayang, atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih
didominasi oleh pengawasan dari luar (out control). Seiring
bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau
nilai-nilai, baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau
masyarakat, anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner
control). Kemampuan “inner control” ini seperti
: dia dapat mengambil keputusan atau memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab terhadap resiko yang mungkin terjadi.
5.
Motorik Kasar dan Halus
Perkembangan motorik
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu
secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi
perkembangan individu menurut Hurlock (1996) adalah sebagai berikut:
·
Melalui keterampilan motorik, anak dapat
menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang
dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau
memainkan alat-alat mainan.
·
Melalui keterampilan motorik, anak dapat
beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam
kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat
ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
·
Melalui perkembangan motorik, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia
kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar,
melukis, dan baris-berbaris.
·
Melalui perkembangan motorik yang normal
memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan
yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman
sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan
atau
menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
PERTEMUAN 2
TEORI-TEORI TENTANG PERKEMBANGAN
1. Teori Biologis
C.Ray
Jeffery (1979; 1980) dan para pendukung modern lain dari teori biologis
kejahatan mengklaim bahwa meskipun dalam
masa-masa lalu teori-teori tersebut tidak sepenuhnya diabaikan, tetapi
diperlakukan sebagai sebuah subyek tabu dan secara sistematis ditekan oleh
pikiran tertutup, para pakar kriminologi yang berorientasi sosiologi. Teori-teori
biologi awal ditolak karena:Penyesalan sejarah pada perspektif ini pada ratusan
tahun terakhir (yang dengannya) klaim-klaim yang berlebihan, bukti empiris yang
kurang, kenaifan, kelemahan yang nyata, dan pernyataan atau pengimbasan pada kekurangan
beri fatrasialdanetnis…(Dinitz, 1977: 31).
“KriminologiBiologis”
pada akhirnya didiskreditkan karena penemuannya secara luas tidaklah saintifik,
simplistik, dan tidak bersebab. Faktor-faktor biologis secara global tertolak
secara hakiki pada ketidakmampuan para pakar teori untuk memfaktakan penjelasan
rasional untuk pengembangan dari karakter kriminal (Fishbein, 1990).
2. Teori Kematangan
v Menurut Arnold Gesell
Berfokus kepada penyelidikan kajian ekstensif beberapa
orang kanak-kanak. Kanak-kanak diumpamakan seperti tumbuh-tumbuhan. Menekankan
kesediaan dan kematangan dan mendapati kanak-kanak secara semula jadi bersedia
membaca apabila umur mentalnya sudah mencapai 6 ½ tahun. Melihat kematangan
biologi sebagai perubahan fisiologi dan neurologi yang tidak dapat dikawal.
Bakat sebagai faktor utama, mempengaruhi perkembangan
diri seseorang individu, jika baik bakanya baiklah individu yang akan terhasil.
Kelancaran proses perkembangan individu dipengaruhi oleh kematangan fizikalnya.
Menekankan perkembangan fizikal kanak-kanak.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor kematangan.
Perkembangan individu mengikut jadual waktu yang tetap, urutan dan pola
tertentu. Kanak-kanak perlu diberikan peluang berkembang pada kadar sendiri dan
tidak dipaksa melakukan sesuatu hanya kerana telah mencapai peringkat usia
perkembangan tersebut.
v Menurut Robert
Havighurst
Perkembangan
kanak-kanak dipengaruhi oleh budaya masyarakat persekitaran masyarakat
tersebut. Menerangkan konsep tugas dalam teori perkembangannya. Pada setiap
peringkat perkembangan manusia ada tugas yang perlu dicapai. Keupayaan
menyempurnakan tugas tersebut dengan jayanya akan membawa kebahagiaan kepada
individu. Manakala kegagalan dalam menyempurnakan tugas tersebut akan
menyebabkan individu mengalami masalah dalam tugasan-tugasan berikutnya. Beliau
juga percaya bahawa perkembangan manusia dipengaruhi oleh persekitarannya,
nilai-nilai, norma dan budaya masyarakat. Ia telah mengenal enam tempoh usia
utama: peringkat permulaan dan awal alam kanak-kanak (0-5 tahun), peringkat
pertengahan kanak-kanak (6-12 tahun) remaja (13-18 tahun), kedewasaan awal
(19-29 tahun), kedewasaan tengah (30-60 tahun), dan kematangan kemudian (61+).
3.
Teori Etologi
Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi
oleh biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi merupakan
sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku hewan.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan
manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989)
lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku
yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya
mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting
untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut
langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini
diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan
sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang diwariskan
ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa.
Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua
kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan.
Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok
pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan.
Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz
ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu
mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok
kedalam sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat
kotak tersebut diangkat. Tiap kelompokk anak angsa langsung melihat kearah
“ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan
alami periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda
bergerak pertama yang terlihat.
4.
Teori Psikodinamika
Ø Teori
Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Freud
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke
lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan
struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah
erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Kelima
fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut:
1. Fase
oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut,
sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat
penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui
kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya
tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak),
bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi
kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini,
Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi.
fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau
menggigit kuku.
2. Fase
anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa
fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air
besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus
belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini
menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud,
keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua melakukan
pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan
untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan
membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman
positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang
dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua
memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini.
Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk
kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan
hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud
menyarankan bahwa yang mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana
individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua
terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud
percaya bahwa kepribadian kuat anal berkembang di mana individu tersebut ketat,
tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun
Pada tahap phallic ,
fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan
perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai
melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks
Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk
menggantikan ayah. Namun, anak juga khawatir bahwa ia akan dihukum oleh ayah
untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
4. Fase
laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Periode laten adalah saat eksplorasi
di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti
pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam
pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri
5. Fase
genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan
selanjutnya
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat
seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal hanya fokus
pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama
tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang
harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
Freud
melihat perkembangan manusia sebagai sebuah evolusi, dalam bentuk perkembangan
individu. Menurut Freud, dorongan utama dalam diri manusia, yaitu energi
seksual, merupakan sebuah proses evolusi sejak kelahiran hingga masa puber dan
dewasa dalam kehidupan masing-masing individu. Libido manusia juga mengalami
perkembangan dalam berbagai tahap mulai dari tahapan mengisap dan menggigit
pada masa bayi, masa pengeluaran sekresi dan saluran kencing, dan berakhir pada
organ-organ genital. Libido punya peran sama, namun berbeda pada setiap
individu. Libido punya potensi yang sama, namun punya manifestasi yang
berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai proses evolusi pada masing-masing
individu.
Ø Teori
Perkembangan Anak Perspektif Psikodinamika Erikson
Teorinya yang paling terkenal adalah Erikson’s
Ego Psychology(Psikologi Ego Erikson) yaitu teori perkembangan kepribadian
yang mirip dengan karya Freud, namun bedanya bahwa Erikson menerapkan teori ini
dalam konteks psikososial, menambah sejumlah tahapan lagi, dan menekankan
faktor ego daripada Id. Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat
delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan.
Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan
individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini
bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan
peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin
sehat perkembangan mereka.
Berikut
adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson:
1. kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust versus mistrust) sejak
lahir hingga usia 12-18 bulan
Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami
dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman
secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan.
Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat
tinggal yang baik dan menyenangkan.
2. Autonomi vs rasa malu dan ragu (autonomy versus shame and doubt) usia
12-18 bulan hingga 3 tahun
Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada
masa bayi dan baru mulai berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya
kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas
kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi
mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan
rasa malu dan keragu-raguan.
3. Inisiatif vs rasa bersalah (initiative versus guilt) usia
3-6 tahun
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama
tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang
dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi
tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka,
dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa.
Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan
dibuat mereka sangat cemas.
4. Indistri vs inferioritas (industry versus inferiority) usia
6 tahun-pubertas
Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak
ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal
anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar,
mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan
tidak produktif.
5. Identitas vs kekacauan identitas (identity versus identity
confusion) pubertas-dewasa awal
Adalah tahap kelima yang dialami individu selama
tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa
mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya.
Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap
peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak
remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai
peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif.
Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak
peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia
akan mengalami kebingungan identitas.
6. Imitasi vs isolasi (intimacy versus isolation) dewasa
awal
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini
individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang
lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang
intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan
terjadi.
7. Produktivitas vs stagnasi (generality versus stagnation) dewasa
tengah
Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa
pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi muda mengembangkan
dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan
sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation.
8. Integritas evo vs putus asa (integrity versus despair) dewasa
akhir
Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir.
Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa
yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik
dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap
selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah
dan kecewa.
Gambar : Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow
5. Teori
Kognitif
Menjelaskan
cara berpikir, memahami dan belajar. Ia meyakini bahwa kecerdasan adalah proses
kognitif atau mental yang digunakan anak untuk memperoleh pengetahuan.
Kecerdasan adalah mengetahui dan melibatkan penggunaan operasi mental, yang
berkembang sebagai akibat dari tindakan mental dan fisik di lingkungan sekitar.
Keterlibatan aktif adlah dasar teori Piaget yang menyatakan bahwa anak
mengembangkan kecerdasan lewat pengalaman/praktek langsung di lingkungan fisik.
Pembelajaran sebagai Adaptasi Konstruksi Mental
a. Asimilasi
adalah pengambilan data sensorik lewat pengalaman dan kesan dan penggabungan
keduanya menjadi penegetahuan. Lewat asimilasi, anak-anak menggunakan mode atau
pengalaman lama untuk memahami informasi dan pengalaman baru.
b. Akomodasi
adalah proses merubah metode lama dan beradaptasi sesuai lingkungan baru.
Proses asimilasi dan akomodasi yang berfungsi bersama-sama, menjadi proses
adaptasi.
c. Keseimbangan
adalah keseimbangan antara kedua proses. Menurut Piaget, akomodasi dan
asimilasi berfungsi bersamaan, harus ada
keseimbangan diantara keduanya untuk memungkinkan anak memahami data baru
d. Skema untuk
merujuk kepada satuan pengetahuan yang dikembangkan anak lewat adaptasi.
6. Teori Kontekstualisme
Ø Menurut Lev
Vygotsky
Teori Vygotsky tentang perkembangan
khususnya bermanfaat untuk menjelaskan tentang perkembangan mental, bahasa, dan
sosial anak. Itu semua didukung dan ditingkatkan oleh orang lain lewat
interaksi sosial. Vygotsky juga meyakini bahwa anak-anak mencari orang dewasa
untuk berinteraksi sosial mulai dari lahir, perkembangan terjadi lewat
interaksi tersebut.
Salah satu konsep terpenting
Vygotsky adalah ZPD ( Zone of Proximal Development ) atau zona pengembangan
proximal yang didefinisikan sebagai berikut :
Wilayah perkembangan dimana anak
dapat diarahkan untuk berinteraksi dengan mitra yang lebih mampu, baik orang
dewasa maupun teman sebaya. Zona ini tercipta dalam interaksi sosial.
Referensi
Morrison, George S. 2008. Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ). Jakarta: Indeks.
Psikodinamika”. Online.http://ebekunt.wordpress.com/2009/05/12/kepribadian-menurut-paradigma-psikodinamika/.
Diakses 20 Desember 2011.
Sabur, Alex. 2003. Psikologi
Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar