Pertemuan 2
Teori – Teori Tentang Perkembangan
1. Teori Biologis
1.1.
Teori Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi
penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari
pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan
kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif.
Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat
kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
1.2.
Teori Etologis
Etologis lebih
condong pada sisi nature yang bersumber dari konsep evolusi biologis
diaplikasikan pada perkembangan perilaku manusia.
2. Teori Psikodinamika
2.1.
Teori Perkembangan Anak Perspektif
Psikodinamika Freud
Menurut
Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan
perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur
dasar itu. Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui
5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada bagian tubuh tertentu yang
sensitif terhadap rangsangan. Kelima fase perkembangan kepribadian adalah
sebagai berikut:
1. Fase oral (oral stage)
: 0 sampai kira-kira 18 bulan
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi dengan
melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting.
Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan
oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Bayi juga
mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses
penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika
fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan
ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan
minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2. Fase anal (anal stage)
: kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido
adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah
pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.
Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan
dorongan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau
malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai
dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang
terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa yang mengusir kepribadian dubur dapat
berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian
berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training
terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat anal berkembang di mana
individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase
falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah
pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita.
Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai
saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipus menggambarkan
perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah. Namun,
anak juga khawatir bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut
Freud disebut pengebirian kecemasan.
4. Fase laten (latency
stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual
tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan
interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan
sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
5. Fase genital (genital
stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya
Pada
tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat
seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal hanya fokus
pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama
tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang
harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
2.2.
Teori Perkembangan Anak Perspektif
Psikodinamika Erikson
Teorinya
yang paling terkenal adalah Erikson’s Ego Psychology (Psikologi Ego
Erikson) yaitu teori perkembangan kepribadian yang mirip dengan karya Freud,
namun bedanya bahwa Erikson menerapkan teori ini dalam konteks psikososial,
menambah sejumlah tahapan lagi, dan menekankan faktor ego daripada Id. Erik
Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan
terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri
dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu
krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana,
tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi.
Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan
mereka.
Berikut adalah
beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson:
1.
Kepercayaan vs
ketidakpercayaan (trust versus mistrust) sejak lahir hingga usia
12-18 bulan
Adalah
suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan.
Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil
ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi
menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan
menyenangkan.
2.
Autonomi vs rasa malu
dan ragu (autonomy versus shame and doubt) usia 12-18 bulan
hingga 3 tahun
Adalah
tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai
berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka,
bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka
menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi
cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan
keragu-raguan.
3.
Inisiatif vs rasa
bersalah (initiative versus guilt) usia 3-6 tahun
Merupakan
tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk
dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak
diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas
perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak
bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul,
bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.
4.
Industri vs
inferioritas (industry versus inferiority) usia 6 tahun-pubertas
Berlangsung
selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias
dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika
anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap
ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
5.
Identitas vs kekacauan
identitas (identity versus identity confusion pubertas-dewasa awal
Adalah
tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap
ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan
ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah
penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir
merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak
peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan
peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak
identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak
dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami
kebingungan identitas.
6.
Imitasi vs isolasi (intimacy
versus isolation) dewasa awal
Tahap
keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi
tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda
membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang
lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
7.
Produktivitas vs
stagnasi (generality versus stagnation) dewasa tengah
Tahap
ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama
adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang
berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi
berikutnya adalah stagnation.
8.
Integritas evo vs
putus asa (integrity versus despair) dewasa akhir
Tahap
kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan,
kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama
hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka
integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu
dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.
2.3.
Perbandingan Sigmund Freud dan
Erik Erikson
Erikson adalah pengembang teori Freud
dan mendasarkan kunstruk teori psikososialnya dari psiko-analisas Freud. Kalau
Freud memapar teori perkembangan manusia hanya sampai masa remaja, maka para
penganut teori psiko-analisa (freudian) akan menemukan kelengkapan penjelasan
dari Erikson, walaupun demikian ada perbedaan antara psikosexual Freud dengan
psikososial Erikson.
Beberapa
aspek perbedan tersebut dapat dilihat di bawah ini:
Erik
Erikson
|
|
Perenan/fungsi id dan ketidaksadaran
sangat penting
|
Peran/fungsi ego lebih ditonjolkan, yang berhubungan
dengan tingkah laku yang nyata.
|
Hubungan segitiga antara anak, ibu dan ayah menjadi
landasan yang terpenting dalam perkembangan kepribadian.
|
Hubungan-hubungan yang penting lebih luas, karena
mengikutsertakan pribadi-pribadi lain yang ada dalam lingkungan hidup yang
langsung pada anak. Hubungan antara anak dan orang tua melalui pola
pengaturan bersama (mutual regulation).
|
Orientasi patologik, mistik karena berhubungan dengan
berbagai hambatan pada struktur kepribadian dalam perkembangan kepribadian.
|
Orientasinya optimistik, kerena kondisi-kondisi dari
pengaruh lingkungan sosial yang ikut mempengaruhi perkembang kepribadian anak
bisa diatur.
|
Timbulnya berbagai hambatan dalam
kehidupan psikisnya karena konflik internal, antara id dan super ego.
|
Konflik timbul antara ego dengan
lingkungan sosial yang disebut: konflik sosial.
|
3. Teori Perkembangan
Kognitif
3.1.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget, perkembangan
kognitif mempunyai empat aspek, yaitu :
1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf;
2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan
dunianya;
3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh
yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan
4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan
atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan
keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua
proses yang bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema
mereka:
1.
Asimilasi adalah
proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini
bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman
atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya.
2.
Akomodasi
adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian
skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah
ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama
sekali.
3.2.
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Sedangkan Lev Vygotsky
(1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan
dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Penekanan
Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif
berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang
kesepian. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif
dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Namun, anak-anak tidak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti
ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
Referensi :
Adek. “Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky”. Online.
http://valmband.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses 13 Desember 2011.
Anonim. “Teori Piaget Tentang Perkembangan Kognitif”. Online. http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/teori-piaget-dan-vygotsky/. Diakses 12 Desember 2011.
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum Sebuah
Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Nur Azizah Fadhillah. “Teori Pendidikan: Teori
Perkembangan Sosial Kognitif Lev Vygotsky”. Online. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-pendidikan-teori-perkembangan-sosial-kognitif-lev-vygotsky/. Diakses 14
Desember 2011.
Pristiadi Utomo. “Piaget dan Teorinya”. Online.
http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/. Diakses 13 Desember 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar